Cerita ini fiktif...mohon maaf bila ada kesamaan dalam karakter enjoy this story
Malam
itu terlihat Dewi sedang berada disebuah tempat praktek Dokter
Kandungan, setelah kejadian-kejadian yang dialaminya dengan Andi dan
Sugito (baca: Dewi-Andi & Dewi-Sugito). Dewi takut suatu saat nanti
dirinya hamil karena sperma laki-laki lain, dan kalau nanti ia sampai
hamil pasti suaminya akan mengetahui perbuatannya bersenggama dengan
orang lain.
Hari ini kebetulan suaminya sedang pergi keluar kota
selama 2minggu, Dewi yang memang sedang menunggu waktu yang tepat untuk
mendatangi dokter kandungan, akhirnya memutuskan untuk mendatangi tempat
praktek dokter kandungan, ia ingin cepat-cepat berkonsultasi dengan
dokter kandungan untuk memastikan alat kontrasepsi apa yang cocok untuk
dia, karena Dewi ingin segera merasakan kepuasan bersenggama kembali,
hampir lebih dari 2 minggu, Dewi tidak dapat menikmati sodokan-sodokan
******-****** perkasa yang dapat memberikan kepuasan kepada dirinya,
karena ia takut akan hamil.
“bu Dewi,”
Dewi mendengar namanya dipanggil.
“Yach, betul,” Dewi menjawab, dan menengok kearah siempunya suara yang ternyata suster di tempat praktek ini.
“Sekarang giliran ibu,” kata suster tersebut, “mari ikut saya, bu.!!”
“Oh..yach,” jawab Dewi, sambil berdiri dan mengikuti suster itu menuju keruangan praktek.
Dewi
baru menyadari tempat praktek dokter kandungan yang tadi lumayan penuh
dengan pasien, sekarang telah kosong, Dewi menyadari bahwa ia adalah
pasien terakhir.
“Dok, ini ibu Dewi pasien terakhir kita malam ini,” Kata suster itu kepada lelaki yang berada didalam ruangan praktek itu
Dalam hati Dewi membatin,”masih muda nih dokter, dan wajahnya lumayan ganteng,” Dewi memperkirakan dokter ini seumuran dia.
“Malam, dok,” Dewi menyapa si dokter.
“Malam,
juga Bu! Silahkan duduk bu! Apa yang bisa saya bantu??,” si dokter
menjawab sambil bertanya dan mempersilahkan Dewi duduk.
Sebelum
sempat Dewi menjawab pertanyaan sang dokter, ia mendengar si suster
berkata,” Dok, ibu Dewikan pasien terakhir, dan saya kebetulan ada
keperluan keluarga, boleh saya pulang lebih dulu,”
“Oh..ok, “ jawab si dokter sambil beranjak dari tempat duduknya.
“Sebentar yach bu,” kata si dokter ke Dewi, lalu dokter itu keluar dari ruangan mengikuti si suster.
Tak
lama kemudian dokter itu kembali dan berkata kepada Dewi,” maaf yach
bu, soalnya saya harus mengunci pintu depan, kalau tidak nanti ada orang
dating lagi untuk berobat atau berkonsultasi, padahal ibu Dewi-kan
pasien saya terakhir apalagi suster saya sudah pulang”
“Oh..gak apa-apa kok,” balas Dewi
“Nach, sekarang apa keluhan ibu, mudah-mudahan saya bisa bantu,” tanya si dokter.
“Begini
dok, saya ingin memakai alat kontrasepsi, tapi saya tidak mau kalau
suami saya itu memekai kondom, jadi kira-kira alat kontrasepsi apa yang
bagus untuk saya,” Dewi menjelaskan maksud tujuannya datang ketempat
praktek ini.
“Oh itu, memang ibu dan suami sudah tidak
berkeinginan untuk mempunyai anak lagi, ngomong-ngomong sudah punya
berapa anak?” tanya sang dokter lagi.
“yach begitulah, saat ini
kami mempunyai satu anak, “ jawab Dewi sedikit berbohong, karena tidak
mungkin ia menjelaskan kedokter bahwa ia ingin lebih puas dalam
menikmati ******-****** perkasa tanpa takut akan hamil.
“Baru satu?? Memang tidak berkeinginan nambah, bu??” si dokter memastikan.
“Hmmhh…betul,” Dewi menjawab sambil tersenyum.
“Lalu ibu mau yang sementara atau selamanya,” tanya sidokter.
“maksudnya??” Dewi balik bertanya.
“Begini
loh, Bu!. Kalau sementara saya sarankan ibu untuk menggunakan spiral,
tapi kalau ibu dan suami ingin untuk selamanya tidak mempunyai anak
lagi, yach! Saya menyarankan ibu untuk disteril, maksud saya saluran
indung telur ibu harus saya tutup rapat, jadi kalau ibu berhubungan
dengan suami, sperma suami ibu tidak dapat lagi menerobos kesaluran
indung telur ibu, dengan begitu saya jamin tidak ada satupun indung
telur ibu yang dapat dibuahi oleh sperma suami ibu,” jelas sang dokter
panjang lebar.
“Ooohhh…begitu,” gumam Dewi,” Kalau gitu saya pilih yang sementara saja, siapa tahu nanti kita ingin mempunyai anak”
“Ibu
mengambil keputusan yang tepat, nach sekarang ibu silahkan berbaring
disana, saya akan mempersiapkan peralatannya,” kata si dokter sambil
menunjuk kearah ranjang.
“Bajunya dan CDnya tolong dilepas, Bu!!, terus ibu kenakan ini” lanjut sidokter sambil memberikan jubah berwarna biru muda.
“wah,
bu!! terbalik pakai jubahnya,” dokter itu berkata sambil tersenyum saat
melihat Dewi mengenakan jubah itu dengan bagian yang terbukanya berada
didepan.
“Bagian yang terbukanya itu untuk dibelakang, kalau ibu
pakai seperti itu nanti saya gak akan selesai-selesai memasang alat
kontrasepsinya, karena mata saya akan melihat kedada ibu terus,” lanjut
sidokter sambil bercanda ke Dewi.
“Ohhh…he..he..dokter bisa aja,”
Dewi tersipu malu mendengar guyonan si dokter, sambil membetulkan jubah
tersebut, kemudian iapun berbaring diranjang.
Dewi bingung
melihat ranjang tersebut karena panjang ranjang tersebut tidak sepanjang
ranjang-ranjang yang biasa ada ditempat-tempat praktek dokter, panjang
ranjang ini hanya sampai sebatas pantatnya saja, sehingga kedua kakinya
terjuntai kebawah, Dewipun melihat adanya keanehan dengan ranjang ini,
dimana disamping kiri dan kanan kedua kakinya ada bantalan cekung dan
letaknya lebih tinggi dari ranjangnya.
Setelah
selesaimempersiapkan peralatannya, sang dokter menghampiri ranjang
tersebut, melihat posisi rebahan Dewi diatas ranjang, dokter itupun
tersenyum simpul,
“Ibu, baru pertama kali yach datang kedokter kandungan??,” tanya sidokter tersenyum.
Tanpa
menunggu jawaban Dewi, sang dokterpun mulai mengangkat kaki Dewi satu
persatu dan menempatkan dibantalan cekung yang berada disamping kiri
kanan kaki Dewi itu, perbuatan sidokter membuat Dewi terhenyak, Dewi
tahu dengan posisinya dimana kedua kakinya terangkat dan terbuka lebar
ini, kemaluannya akan Nampak jelas didepan sidokter, mukanyapun menjadi
merah karena menahan malu, melihat Dewi yang tersipu-sipu malu dan
wajahnya menjadi merah, sidokter hanya tersimpul dan diapun merasa yakin
sekali bahwa ini adalah kunjungan yang pertama Dewi ke dokter
kandungan.
“Maaf, yach, Bu,” sidokter berkata saat jari jemarinya mulai menyentuh bibir vagina Dewi.
“Hhmmmhh….,”
Dewi hanya bisa mengangguk, karena menahan malu dan perasaan yang aneh
saat jari-jari sidokter menyentuh bibir vaginanya.
Kedua jari
tangan kiri sidokter mencoba untuk sedikit membuka lubang vagina Dewi
dari sebelah atas, sehingga kelentit Dewi tersentuh oleh telapak tangan
sidokter, sementara tangan kanan sidokter mencoba untuk memasukkan
peralatan hampir seperti corong, agak lumayan lama sidokter berkutat
untuk memasukkan alat itu kelubang vagina Dewi, sementara Dewi merasakan
geli yang aneh dan nikmat saat kelentitnya tergesek-gesek oleh tangan
sidokter, akibatnya gelora birahi Dewi mulai bangkit, memeknya mulai
basah.
“Ouugghhh…..ssshhhh,” Dewi menjerit lirih saat merasakan
alat yang seperti corong berdiameter 3cm terbenam di dalam lubang
senggamanya, pantatnya terangkat sedikit, kedua tangannya mencengkram
pinggiran ranjang dengan erat.
“Maaf..bu.!! sakit…!! Tahan sebentar yach, saya akan mulai memasang spiralnya,” kata sidokter.
Si
dokter merasa heran dengan kondisi lubang vagina Dewi yang masih sempit
ini, dalam hatinya ia berkata, “gila nich ibu, udah keluar satu anak,
tapi masih sempit begini, sepertinya juga jarang dipakai oleh
suaminya,”, sambil tangannya memijat-mijat pelan kedua belah bibir
vagina Dewi dengan tujuan untuk membuat rileks otot-otot vagina Dewi,
saat ia sedang memijat-mijat itu dari corong kacanya itu ia melihat
lubang vagina Dewi yang berwarna merah muda itu berkedut-kedut, belum
pernah selama ia praktek melhat kejadian ini, karena sudah berpengalaman
ia mengetahui bahwa tebakannya itu betul, memek Dewi jarang dipakai
oleh suaminya, karena hanya dengan alat yang teronggok diam saja memek
Dewi sudah basah.
“Hhhhmmmm…sssshhhh….hhhmmmm…..ssshhhh..” Dewi
merintih lirih menikmati pijatan-pijatan lembut dibibir vaginanya dan
merasakan sumpalan alat dilubang senggamanya.
Mendengar lirihan
Dewi, sidokter semakin yakin dengan tebakannya itu, dalam hatinya
membatin,”kalau kuentot mau tidak yach ini ibu???, atau malah nanti dia
marah??..”
Setelah melihat cengkraman dinding vagina Dewi
dialatnya mulai mengendur, sidokterpun mulai mengambil spiral berbentuk T
dan penjepitnya, lalu melalui corong tadi ia mulai memasukkan spiral
tersebut menggunakan penjepit, karena corong itu terbuat dari kaca ia
bisa melihat keadaan didalam lubang vagina Dewi, setelah tepat
disasaran, iapun sedikit menekan penjepitnya kemudian ia melepaskan
jepitan di spiral tersebut dan menarik keluar jepitannya, sambil
memegangi kedua bibir vagina Dewi, sidokter memastikan spiral tersebut
terpasang dengan benar, kemudian dengan perlahan-lahan corong itu ia
tarik keluar dari lubang vagina Dewi, gesekan yang ditimbulkannya
membuat Dewi mengerang lirih.
Setelah terlepas, sidokter kembali
memijat-mijat vagina Dewi, sebetulnya pijatan-pijatan itu tidak perlu
dilakukan, dan belum pernah ia lakukan selama ia praktek, saat ini ia
lakukan karena ia terangsang dengan bentuk vagina Dewi, dalam hatinya ia
juga merasa heran kenapa saat ini ia terangsang ingin melakukan
persetubuhan dengan pasiennya. Dewi sendiri yang dari tadi birahinya
sudah bergejolak, merasakan pijatan-pijatan lembut yang saat ini sedang
dilakukan oleh sang dokter semakin membuat birahinya membara,
erangan-erangannya semakin sering terdengar, tubuhnyapun
menggelinjang-gelinjang karena geli dan nikmat.
“Oh..baru pijatan
tangannya saja sudah membuatku melayang-layang, apalagi kalau dia sodok
aku dengan kontolnya, Oh gila betul rangsangan ini,” Dewi berkata dalam
hatinya.
Tangan Dewi yang tadi sedang mencengkram ranjang mulai
beralih kepayudaranya sendiri, dari balik jubahnya iapun mulai
meremas-remas kedua bukit kembarnya, merasa kurang puas karena terhalang
oleh BH dan jubah yang masih menutupi tubuhnya, Dewi kemudian melucuti
semuanya sehingga sekarang Dewi telanjang bulat didepan sang dokter,
tangannya kembali meremas-remas kedua bukit kembarnya itu, mulutnya
mendesis-desis menandakan Dewi sedang menikmati semua itu.
Sang
Dokter yang melihat aksi Dewi melucuti jubah dan Bhnya serta aksi
remasan tangan Dewi dikedua bukit kembarnya itu tersenyum simpul,
“nampaknya ia mulai terangsang dengan pijatan-pijatanku,”, lalu tanpa
menghentikan pijatannya, ia pun mulai menciumi kelentit Dewi yang mulai
terlihat dan mengeras, tidak hanya diciumi saja, tapi ia jilati dan
hisap-hisap kelentit Dewi yang membuat Dewi semakin menggelinjang
merasakan kenikmatan permainan lidah sidokter, aksi sidokter semakin
menggila, jari tengah salah satu tangan yang sedang memijat-mijat itu
mulai menerobos lubang kenikmatan Dewi, dengan gerakan perlahan-lahan
sidokter mulai mengeluar-masukkan jari tangannya itu, akibatnya lubang
vagina Dewi semakin basah, erangan-erangan Dewipun semakin sering
terdengar. Pantatnya semakin sering terangkat seolah menyambut sodokan
jari tangan sidokter, kepalanya bergoyang kekiri kekanan, tubuhnya
kadang-kadang melenting, Dewi betul-betul menikmati serangan-serangan
sang dokter dikemaluannya.
“Ouughhhh….dddoookkk….eenaaaakkk…aakhhuuu…mau..kel luaarr…ssshhh…aagghhhh..”Dewi merintih-rintih kenikmatan.
Ssssrr……ssssrrrr….ssssrrrr…… memek Dewi memuntahkan lahar kenikmatannya.
Tubuh Dewi mengejang, sang dokter merasakan hangatnya air kenikmatan Dewi yang membasahi jari tangannya.
“Enak, Bu!!,” tanya sidokter.
“Iyaachh…”Dewi
menjawab dengan nafas yang masih tersengal-sengal, matanya terpejam
menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja ia rengkuh.
Tanpa
buang waktu lebih lama lagi, sang dokterpun mulai melucuti seluruh
pakaiannya, sehingga sekarang iapun telanjang bulat, Nampak kontolnya
sudah berdiri dengan tegak, ukurannya lumayan besar dan panjang, diapun
mulai mengelus-eluskan kontolnya dibibir vagina Dewi, membuat Dewi
menggelinjang, dengan pelan-pelan sang dokterpun menyelipkan kepala
kontolnya di lubang memek Dewi, setelah merasa tepat disasaran sang
dokterpun mulai melesakkan kontolnya kedalam lubang memek Dewi, setahap
demi setahap.
Sleeepp….bleeessss….bleessss…..
****** sang
dokter mulai terbenam seluruhnya dalam lubang kemaluan Dewi, Dewi yang
merasakan ****** dokter itu mulai memasuki lubang senggamanya, mendesis
lirih. Hatinya membatin,”lumayan besar juga kontolnya, tapi tidak
sebesar punyanya pak Sugito”.
“Ssshhh….aaaaghhhh..dook…kontolmu besar juga…. sssshhhh….puaskan aku dengan kontolmu ssshhhh…”desis Dewi.
Dengan
perlahan-lahan Sang dokter mulai mengeluar-masukkan kontolnya didalam
lubang senggama Dewi, kedua tangannya berpegangan dipaha Dewi, lama-lama
gerakan maju-mundur sang dokter semakin cepat, keringatpun mulai
mengalir dikedua tubuh mereka, udara dingin didalam ruangan praktek
karena AC tidak menghalangi keluarnya keringat mereka. Erangan Dewi dan
sang dokter semakin terdengar, lenguhan-lenguhan nikmat keluar dari
kedua mulut mereka.
“Ouughhh…dookkk…teeruusss…ssooddokkk
.memekkuuuu…dengaaannn kkonttolmu..ituuu… aaaggghhhh…” Dewi mengerang
kenikmatan menikmati sodokan ****** sang dokter di lubang senggamanya.
“Hhhhmmmm…aaaaghhh…memekmuuu…benaaarr-benaar..sseeemmpitt
enaaakkk… oouughhh … koontooolllkuuu…teerjeppiitt…bbeetulll… “ Sang
Dokterpun melenguh keenakan merasakan jepitan dinding vagina Dewi
dibatang kontolnya..
“Teekkaaannn…lebih daaalllaamm…dookk..
yaaahh..begituu..ssshhhhh…oouughhh…,” rintih Dewi meminta sang dokter
untuk menekan lebih dalam, yang dituruti oleh sang dokter, dengan
hentakan-hentakan yang lebih dalam, hingga kontolnya terbenam sampai
pangkalnya saat sang dokter mendorong masuk kontolnya.
Tak lama
kemudian nampak gerakan sang dokter bertambah cepat dan mulai tak
beraturan, sementara itu tubuh Dewipun semakin sering terlihat melenting
dan pantatnya semakin sering terangkat berbarengan dengan sodokan
****** sang dokter, lenguhan dan erangan mereka bertambah kencang
terdengar dan saling bersahutan, nampaknya kedua insan ini akan
merengkuh puncak kenikmatan persetubuhan mereka.
“Ouughhh…doookkk…aaaakkkkuuu…kkeeelluuarrr,” Dewi mengerang tubuhnya melenting.
“Akkkhhuuu…juuggaaa…mmaaauuu….ooouugghhhh..”
sang dokterpun melenguh, dan menekan dalam-dalam kontolnya didalam
lubang senggama Dewi, lalu terdiam.
Creeetttt…..ssssrrrr…..ccrreeeettt…..ssssrrrr…..
Kedua
kemaluan mereka akhirnya memuntahkan lahar kenikmatan berbarengan, sand
dokter merasakan batang kontolnya tersiram oleh hangatnya lendir
kenikmatan Dewi dan ia juga merasakan dinding vagina Dewi berkedut-kedut
meremas-remas batang kontolnya, Dewi sendiri merasakan dinding rahimnya
tersemprot oleh cairan hangat sperma sang dokter dan Dewi sendiri
merasakan pada dinding vaginanya batang ****** sang dokter
berdenyut-denyut.
Kemudian sang dokter mencabut batang kontolnya
dari jepitan vagina Dewi setelah ia merasakan remasan-remasan dinding
vagina Dewi berhenti dan kontolnya mulai mengecil, saat kontolnya
tercabut dari lubang kenikmatan Dewi, terlihat olehnya cairan spermanya
bercampur dengan lendir kenikmatan Dewi mulai mengalir perlahan dan
menetes jatuh keatas lantai.
Setelah nafas mereka kembali normal,
mereka mengenakan pakaian mereka kembali, kemudian sang dokter memberi
tahu Dewi bahwa spiral yang ia pasang itu bisa bertahan untuk 5 tahun,
tetapi alangkah bagusnya setiap 3-6 bulan sekali harus diperiksa, untuk
memastikan letaknya tidak berubah atau lebih parahnya terlepas. Dewi
mengangguk tanda mengerti dalam hati Dewi berkata ,”pasti aku akan balik
lagi, untuk menikmati sodokan-sodokan kontolmu lagi,”
Sebelumpulang
Dewi bertanya berapa biaya yang harus dibayar olehnya, yang dijawab
oleh dokter itu dengan senyuman dan kecupan ringan dibibir Dewi,
gratis!!! bisiknya
Dewipun pulang dengan tersenyum simpul, dalam
hatinya ia membatin bertambah satu lagi koleksi ****** yang bisa membuat
puasku, yang bisa menghilangkan dahaga batinku. Dan sekarang ia tidak
akan takut hamil bila melakukan persetubuhan dengan siapapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar