Saat itu minggu sore, Setelah menonton CD porno sejak pagi penisku
tak mau diajak kompromi. Masalahnya, rumah sedang kosong dan Istriku
pulang kampung sejak kemarin sampai dua hari mendatang. Aku mencoba
menenangkan diri dengan mandi, lalu berbaring di ranjang. Tetapi penisku
tetap tak berkurang ereksinya. Malah sekarang terasa berdenyut-denyut
bagian pucuknya. Salahku sendiri nonton CD porno seharian “, gumamku.
Aku bangkit dari tiduran menuju ruang tengah. Mengambil segelas air es
lalu menghidupkan tape deck. Lumayan, tegangan agak mereda. Tetapi
ketika ada video klip musik barat agak seronok, penisku kembali
berdenyut-denyut. Nah, belingsatan sendiri jadinya. Sempat terpikir
untuk jajan saja. Tapi cepat kuurungkan. Takut kena penyakit kelamin.
Kuingat-ingat kapan terakhir kali barangku terpakai untuk menyetubuhi
istriku. Ya, tiga hari lalu. Pantas kini adik kecilku uring-uringan tak
karuan. Soalnya dua hari sekali harus nancap. “Sekarang minta jatah..”.
Sambil terus berusaha menenangkan diri, aku duduk-duduk di teras depan
membaca surat kabar pagi yang belum tersentuh. Tiba-tiba pintu pagar
berbunyi dibuka orang. Renny anak tetangga mendekat. Dari sinilah cerita hot Ngentot ABg bakal dimulai.
“Selamat sore Om. Tante ada?”
“Sore.. Ooo Tantemu pulang kampung sampai lusa. Ada apa?” “Wah gimana
ya..” “Silakan duduk dulu. Dia duduk di kursi kosong sebelahku.
“Nah, ada perlu apa dengan Tantemu? Mungkin Om bisa bantu”, tuturku sambil menelusuri badan gadis yang mulai mekar itu.
“Anu Om, Tante janji mau minjemi majalah terbaru..”
“Majalah apa sich?”, tanyaku. Mataku tak lepas dari dadanya yang tampak mulai menonjol. Wah, sudah sebesar bola tenis nih.
“Apa saja. Pokoknya yang terbaru”.
“Oke silakan masuk dan pilih sendiri”. Kuletakkan surat kabar dan masuk
ruang dalam. Dia agak ragu-ragu mengikuti. Di ruang tengah aku berhenti.
“Cari sendiri di rak bawah televisi itu”, kataku, kemudian membanting
pantat di sofa. Renny segera jongkok di depan televisi
membongkar-bongkar tumpukan majalah di situ. Pikiranku mulai usil.
Kulihati dengan leluasa tubuhnya dari belakang. Bentuknya sangat bagus
untuk ABG seusianya. Pinggulnya padat berisi. Bra-nya membayang di baju
kaosnya. Kulitnya putih bersih.
Ah betapa asyiknya kalau saja bisa menikmati tubuh yang mulai berkembang itu.
“Nggak ada Om. Ini lama semua”, katanya menyentak lamunan nakalku.
“Nggg.. mungkin ada di kamar Tantemu. Cari saja di sana” Selama ini aku
tak begitu memperhatikan anak itu meski sering main ke rumahku. Tetapi
sekarang, ketika penisku uring-uringan tiba-tiba baru kusadari anak
tetanggaku itu ibarat buah mangga telah mulai mengkal. Mataku mengikuti
Renny yang tanpa sungkan-sungkan masuk ke kamar tidurku. aku bangkit
menyusul Renny. Di dalam kamar kulihat anak itu berjongkok membongkar
majalah di sudut. Pintu kututup dan kukunci pelan-pelan.
“Sudah ketemu Ren?” tanyaku.
“Belum Om”, jawabnya tanpa menoleh.
“Mau lihat CD bagus nggak?”
“CD apa Om?” “Filmnya bagus kok. Ayo duduk di sini.” Gadis itu tanpa curiga segera berdiri dan duduk pinggir ranjang.
Aku memasukkan CD ke VCD dan menghidupkan televisi kamar.
“Film apa sih Om?”
“Lihat saja. Pokoknya bagus”, kataku sambil duduk di sampingnya. Dia tetap tenang-tenang tak menaruh curiga.
“Ihh..”, jeritnya begitu melihat intro berisi potongan-potongan adegan orang bersetubuh.
“Bagus kan?”
“Ini kan film porno Om?!”
“Iya. Kamu suka kan?” Dia terus ber-ih.. ih ketika adegan syur
berlangsung, tetapi tak berusaha memalingkan pandangannya. Memasuki
adegan kedua aku tak tahan lagi. Aku memeluk gadis itu dari belakang.
“Kamu ingin begituan nggak?”, bisikku di telinganya.
“Jangan Om”, katanya tapi tak berusaha mengurai tanganku yang melingkari lehernya. Kucium sekilas tengkuknya. Dia menggelinjang.
”Mau nggak gituan sama Om? Kamu belum pernah kan? Enak lo..”
“Tapi.. tapi.. ah jangan Om.” Dia menggeliat berusaha lepas dari
belitanku. Namun aku tak peduli. Tanganku segera meremas dadanya. Dia
melenguh dan hendak memberontak.
badannya kurebahkan di ranjang tetapi kakinya tetap menjuntai.
Mulutku tak sabar lagi segera mencercah pangkal pahanya yang masih
dibalut celana warna hitam.
“Ohh.. ahh.. jangan Om”, erangnya sambil berusaha merapatkan kedua
kakinya. Tetapi aku tak peduli. Malah celana dalamnya kemudian
kupelorotkan dan kulepas. Aku terpana melihat pemandangan itu. Pangkal
kenikmatan itu begitu mungil, berwarna merah di tengah, dan dihiasi
bulu-bulu lembut di atasnya. Klitorisnya juga mungil. bibirku segera
menyerbu vaginanya. Kuhisap-hisap dan lidahku mengaduk-aduk liangnya
yang sempit. Wah masih perawan dia. Renny terus menggelinjang sambil
melenguh dan mengerang keenakan. Bahkan kemudian kakinya menjepit
kepalaku, seolah-olah meminta dikerjai lebih dalam dan lebih keras lagi.
Kuhitung paling tidak dia dua kali orgasme. Lalu aku merangkak naik.
Kaosnya kulepas pelan-pelan. Menyusul kemudian BH hitamnya berukuran 32.
Setelah kuremas-remas buah dadanya yang masih keras itu beberapa saat,
ganti mulutku bekerja. Menjilat, memilin, dan mencium putingnya yang
kecil. Tangannya meremas-remas rambutku menahan kenikmatan tiada tara
yang mungkin baru sekarang dia rasakan.
”Enak kan beginian?” tanyaku sambil menatap wajahnya.
“Iii.. iya Om. Tapi..”
“Kamu pengin lebih enak lagi?” Tanpa menunggu jawabannya aku segera
mengatur posisi badannya. Kedua kakinya kuangkat ke ranjang. Kini dia
tampak telentang pasrah. Penisku pun sudah tak sabar lagi mendarat di
sasaran. Namun aku harus hati-hati. Dia masih perawan sehingga harus
sabar agar tidak kesakitan. Mulutku kembali bermain-main di vaginanya.
Setelah kebasahannya kuanggap cukup, penisku yang telah tegak
kutempelkan ke bibir vaginanya. Beberapa saat kugesek-gesekkan sampai
Renny makin terangsang. Kemudian kucoba masuk perlahan-lahan ke celah
yang masih sempit itu. Sedikit demi sedikit kumaju-mundurkan sehingga
makin melesak ke dalam.
“Kalau sakit bilang ya”, kataku sambil mencium bibirnya sekilas. Dia
mengerang. Kurang sedikit lagi aku akan menjebol perawannya.
Genjotan kutingkatkan meski tetap kuusahakan pelan dan lembut. Nah ada kemajuan. Leher penisku mulai masuk.
“Auw.. sakit Om..” Renny menjerit tertahan. Aku berhenti sejenak
menunggu liang vaginanya terbiasa menerima penisku yang berukuran
sedang. Satu menit kemudian aku maju lagi. Begitu seterusnya. Selangkah
demi selangkah aku maju. Sampai akhirnya..
“Ouuu..”, dia menjerit lagi. Aku merasa penisku menembus sesuatu. Wah
aku telah memerawani dia. Kulihat ada sepercik darah membasahi sprei.
Aku meremas-remas payudaranya dan menciumi bibirnya untuk menenangkan.
Setelah agak tenang aku mulai menggenjot anak itu.
“Ahh.. ohh.. asshh…”, dia mengerang dan melenguh ketika aku mulai turun
naik di atas tubuhnya. Genjotan kutingkatkan dan erangannya pun makin
keras. Mendengar itu aku makin bernafsu menyetubuhi gadis itu.
Berkali-kali dia orgasme. Tandanya adalah ketika kakinya dijepitkan ke
pinggangku dan mulutnya menggigit lengan atau pundakku.
“Nggak sakit lagi kan? Sekarang terasa enak kan?”
“Ouuu enak sekali Om…”
Sebenarnya aku ingin mempraktekkan berbagai posisi senggama. Tapi
kupikir untuk kali pertama tak perlu macam-macam dulu. Terpenting dia
mulai bisa menikmati.menggerayangi dinding vaginanya yang mulai basah.
Lima menit lebih barang kenikmatan.
Lain kali kan itu masih bisa dilakukan, dn pastinya persetubuhan ini
bakal menjadi cerita hot menggairahkan. Sekitar satu jam aku menggoyang
tubuhnya habis-habisan sebelum spermaku muncrat membasahi perut dan
payudaranya. Betapa nikmatnya menyetubuhi perawan.
“Gimana? Betul enak seperti kata Om kan?” tanyaku sambil memeluk tubuhnya yang lunglai setelah sama-sama mencapai klimaks.
“Tapi takut Om..”
“Nggak usah takut. Takut apa sih?” “Hamil” Aku ketawa. “Kan sperma Om
nyemprot di luar vaginamu. Nggak mungkin hamil dong ” Kuelus-elus
rambutnya dan kuciumi wajahnya.
“Kalau pengin enak lagi bilang Om ya? Nanti kita belajar berbagai gaya lewat CD “.
“Kalau ketahuan Tante gimana?”
“Ya jangan sampai ketahuan dong” Beberapa saat kemudian birahiku bangkit
lagi. Kali ini Renny kugenjot dalam posisi menungging. Dia sudah tak
menjerit kesakitan lagi. Penisku leluasa keluar masuk diiringi erangan,
lenguhan, dan jeritannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar